Wednesday 9 June 2010

Temu hitam; Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)



















Temu hitam atau temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)merupakan tanaman obat yang menyebar di Asia Tenggara (Myanmar/Burma, Kamboja, hingga Indonesia). Tanaman ini memiliki khasiat untuk mengobati cacingan, menambah nafsu makan, mengobati reumatik, dan melangsingkan badan. Biasanya rimpang tanaman ini dipakai sebagai bahan dasar jamu cekok di daerah jawa. Jamu ini biasanya di'cekok'kan ke balita-balita yang mengalami permasalahan susah untuk makan. Biasanya balita akan menangis karena kaget oleh rasanya yang pahit, tapi, setelah 3 hari khasiat dari jamu cekok ini bisa terlihat. Kalau diperhatikan lebih teliti, ternyata pada feses balita yang diberi jamu cekok akan terlihat cacing kremi atau cacing gelang yang turut tercampur didalamnya.

Beberapa pekan lalu saat saya berkunjung ke lahan salah satu balai penelitian di daerah Cimanggu, Bogor, saya sempat ditunjukkan bagaimana rupa tanaman ini di lapangan. Ternyata memang sulit untuk membedakan tanaman temu hitam dengan tanaman temu-temuan sejenis (seperti temulawak, temu mangga, dsb.). Beberapa sumber menyebutkan bahwa tanaman ini dapat dibedakan dari pertulangan daunnya yang berwarna ungu tebal. Tapi setelah saya tanyakan kepada salah satu staf di rumah kaca balai tersebut, ternyata tanaman temu hitam yang dideskripsikan dari sumber-sumber yang saya baca sedikit berbeda dengan yang saya lihat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tulang daun pada tanaman temu hitam memiliki warna ungu atau merah yang tebal membujur dari ujung ke pangkal daun. Sedangkan tanaman temu hitam yang saya lihat di lapangan memiliki garis ungu yang lebih tipis dibandingkan tanaman temu-temuan lainnya (dalam hal ini saya bandingkan dengan tanaman temu mangga).

Tanaman temu hitam akan lebih mudah dibedakan dengan melihat dan membelah rimpangnya secara vertikal. Rimpang temu hitam memiliki warna biru kehitaman yang melingkar pada bagian luar rimpang. Tetapi warna biru kehitaman ini akan tampak jelas hanya pada rimpang induk atau rimpang yang telah tua, sementara rimpang muda hanya menunjukkan sedikit warna kehitaman.

Untuk menanam temu hitam, bisa menggunakan rimpang itu sendiri sebagai benih. Gunakan rimpang yang memiliki kurang lebih 2 -3 mata tunas. Sisakan pula bagian rimpang karena itu merupakan sumber cadangan makanannya. (Yah, kurang lebih kira-kira 25-30 gram. itupun kalau anda menyempatkan menimbang, hehe). Rimpang dengan mata tunas ini dapat anda tanam di pembibitan terlebih dahulu atau langsung di lahan. Biasanya jarak tanam yang digunakan untuk penanaman adalah 50 cm x 50 cm (hasil penelitian dari salah satu jurnal yang saya baca, lupa judulnya.. hehe. Tapi memang inilah jarak yang efisien), dapat pula 50 cm x 60 cm.

Saya sempat melakukan penanaman didalam kultur in vitro (kultur jaringan), karena ini merupakan tugas akhir saya, tapi ternyata melakukan tahapan aklimatisasinya merupakan hal yang sulit! :p lebih dari setengah plantlet (dari 120 plantlet) yang saya aklimatisasikan mati. Mungkin karena saya memang kurang terampil dalam memindahkan kali ya,.. ^^




Artikel pada
blog ini bebas untuk di-distribusikan dan dimanfaatkan oleh anda. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan atau kekeliruan informasi yang diterapkan/diaplikasikan oleh pengguna dari halaman terkait. Gunakan informasi dari halaman lain sebagai pembanding agar informasi yang anda terima lebih akurat.

No comments:

Post a Comment