Saturday, 19 June 2010

Fungsi dari Hara Esensial

Berikut unsur hara yang diserap oleh tanaman melalui perakaran (dari dalam tanah atau media tanam). (C, H, dan O tidak dibahas oleh saya saat ini).

Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Dalam jaringan tanaman, nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial. Selain itu, nitrogen juga terkandung didalam klorofil, hormon sitokinin, dan auksin.

Fosfor
Fosfor berperan dalam reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan metabolisme lain (karena merupakan bagian esensial dari gula fosfat dalam reaksi-reaksi tersebut). Fosfor juga merupakan bagian dari nukleotida dan fosfolipida penyusun membran.

Kalium
Kalium berfungsi sebagai aktivator berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis dan respirasi. Kalium juga berperan sebagai pengatur potensi osmotik sel dalam mengatur tekanan turgor sel (misal, menutup dan membuka stomata). Kalium tidak disintesis menjadi senyawa organik sehingga unsur ini tetap sebagai ion didalam tanaman.

Belerang
Belerang berperan dalam menyusun asam amino sistein dan methionin. Termasuk pula terkandung didalam vitamin thiamin dan biotin. Belerang juga terkandung didalam ko-enzim A (senyawa esensial untuk respirasi dan juga penguraian asam lemak)

Magnesium
Magnesium merupakan salah satu unsur penyusun klorofil. Magnesium menjadi penting karena magnesium bergabung dengan ATP agar ATP dapat berfungsi dalam berbagai reaksi. Magnesium juga berperan penting dalam aktivasi berbagai enzim dalam fotosintesis.

Kalsium
Kalsium berperan dalam mengikat molekul-molekul fosfolipida atau antara fosfolipida dengan protein penyusun membran, sehingga membran dapat berfungsi secara normal pada semua sel. Kalsium juga memacu aktivitas beberapa enzim.

Besi
Besi merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu dalam tanaman dan bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis dan respirasi.

Klor
Klor berfungsi dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis. selain itu klor juga diperlukan dalam proses pembelahan sel.

Mangan
Mangan memiliki fungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim. Mangan juga berperan dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis. mangan merupakan salah satu komponen struktural dari sistem mebran kloroplas.

Boron
Boron memiliki fungsi yang belum dapat didefinisikan secara pasti, akan tetapi para ahli berpendapat bahwa boron ikut berperan dalam sintesis asam nukleat.

Seng
Seng berperan dalam proses pembentukan klorofil dan mencegah kerusakan pada molekul klorofil. Seng juga diduga berperan dalam aktivasi beberapa jenis enzim.

Tembaga
Tembaga terkandung didalam berbagai enzim dan protein yang terlibat reaksi oksidasi dan reduksi. Misalnya pada enzim sitokrom oksidase dan plastosianin.

Molibdenum
Molibdenum berfungsi sebagai bagian dari enzim nitrat reduktase yang mereduksi ion nitrat menjadi ion nitrit.

Nutrisi Bagi Tanaman

Unsur hara esensial bagi tanaman diambil dan diserap oleh tanaman dalam bentuk hara inorganik. Unsur hara esensial sendiri dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan normalnya dan kehadirannya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Lantas bagaimana dengan bahan organik yang diberikan kepada tanaman? bahan organik itu sendiri perlu mengalami proses pemecahan terlebih dahulu menjadi bahan inorganik sehingga tanaman mampu menyerapnya. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua kebutuhan hara esensial sama dari satu spesies tanaman ke spesies lain. Sebut saja sodium (Na), silikon (Si), dan kobalt (Co) yang hanya dibutuhkan oleh spesies-spesies tanaman tertentu saja.

Terkadang untuk memudahkan penggolongan dalam kebutuhan unsur hara suatu tanaman, unsur-unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara esensial yang diperlukan dalam konsentrasi 0.1 % (1000 ppm) atau lebih. Sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur hara esensial yang diperlukan dibawah kadar 0.1 %. Unsur hara makro meliputi C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Sedangkan unsur hara mikro umumnya meliputi unsur Cl, Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Perlu diingat bahwa kebutuhan setiap tanaman berbeda satu sama lain, sehingga pembedaan unsur hara menjadi makro dan mikro tidak selalu baku dari satu tanaman ke tanaman lain. Saya telah membandingkan dua buah buku dari Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan (Rajawali Pers) dengan buku berjudul The Agricultural Notebook (Blackwell Science) dan menemukan bahwa terminologi bagi unsur hara makro dan mikro serta unsur-unsur apa saja yang meliputinya, berbeda satu sama lain. Akan tetapi pada umumnya kita (pada bangku pendidikan) mengenal adanya 16 unsur hara esensial (sebagaimana telah disebutkan diatas).

Kebutuhan unsur hara bagi tanaman dapat dipenuhi melalui pemupukan. Pemupukan sendiri dapat didefinisikan sebagai proses pemberian suatu senyawa yang mengandung unsur hara bagi tanaman. Dikenal dengan istilah pupuk lengkap, adalah pupuk yang mengandung unsur hara N, P, dan K. Kelas pupuk (grade) merupakan persen berat dari volume pupuk tersebut. Unsur nitrogen direpresentasikan sebagai unsur nitrogen, fosfor dalam bentuk P2O5, dan kalium dalam bentuk K2O.

Suatu tanaman dikatakan mengalami kekurangan unsur hara tertentu (defisiensi unsur hara) jika pertumbuhan tanaman tersebut terhambat meski hanya mencapai 80 % dari pertumbuhan maksimum. Sebaliknya, tanaman akan dikatakan mengalami keracunan (toksisitas) saat konsentrasi unsur hara yang diberikan terlalu berlebih sehingga tanaman mengalami keracunan. selain itu dikenal pula istilah konsumsi mewah (Luxury consumption), yaitu kondisi dimana kandungan unsur hara tertentu yang berada pada jaringan tumbuhan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum.

Thursday, 17 June 2010

Temu Ireng dan Kajiannya


Saya telah banyak membaca beberapa artikel mengenai temu hitam (baca: temu ireng, koneng hideung, dll). Namun beberapa keterangan seringkali terpencar-pencar dalam beberapa artikel yang berbeda. Untuk itu saya akan mencoba menyatukannya kali ini. Beberapa sumber kebanyakan diambil dari internet, sebagian lagi dari beberapa pustaka tertulis, dan sebagian kecil dari jurnal-jurnal yang pernah saya baca. Saya tambahkan pula dengan pengamatan saya saat di lapangan mulai dari kondisi di lahan (ex vitro) dan laboratorium (in vitro).

Temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.)merupakan tanaman herba (berfungsi sebagai tanaman obat) yang berasal dari daerah Asia Tenggara. Tanaman ini menyebar dengan baik mulai dari daerah Burma (Myanmar), Kamboja, hingga Indonesia. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada ketinggian 400 - 1000 m dpl. Sebetulnya keterangan yang lebih umum saya dapatkan ketinggiannya adalah 400 - 700 m dpl, akan tetapi salah satu keterangan menyebutkan bahwa tanaman ini juga mampu tumbuh di dataran tinggi hingga 1000 m dpl.
Temu hitam mampu tumbuh hingga mencapai tinggi 2 m. Tanaman ini merupakan tanaman herba tahunan. Daun temu hitam dari kebanyakan artikel yang saya baca memiliki garis pertulangan daun yang berwarna ungu-kemerahan yang terlihat sangat jelas. Akan tetapi ketika saya meminta salah seorang staf dari suatu balai penelitian di Bogor untuk menunjukkan tanaman temu hitam yang ada di lapang, ternyata garis warna merah-keunguan tersebut hanya tampak tipis saja. Saya mencoba membandingkan dengan daun pada tanaman temu putih, ternyata pada tanaman temu putih, garis pada pertulangan daunnya berwarna merah keunguan lebih tebal dibandingkan dengan temu hitam. Jadi, saran saya, saat anda perlu untuk membedakan antara tanaman temu hitam dan tanaman temu-temuan yang lain, akan lebih bijak untuk menghindari pengamatan melalui daun, kecuali jika anda telah ahli dalam melakukannya. Gunakan rimpang temu-temuan untuk membedakan tanaman yang satu dengan tanaman yang lain.

Rimpang tanaman temu hitam, berbeda dengan tanaman temu-temuan yang lain. Saat rimpang temu hitam dibelah secara vertikal, akan terlihat warna biru-kehitaman melingkar pada bagian rimpang yang berwarna putih. Perlu diingat bahwa warna kehitaman ini hanya akan tampak jelas pada rimpang induk (rimpang yang telah cukup tua). Pada rimpang anakan, atau rimpang cabang, warna kehitaman ini tidak akan terlalu tampak, meskipun memang sedikit terlihat apabila anda memperhatikan dengan seksama. Mungkin warna biru-kehitaman inilah yang menyebabkan tanaman ini diberi nama temu hitam, temu ireng, dsb.
Rimpang temu hitam memiliki aroma menyengat yang khas. Apabila anda mencoba mencium aromanya dengan seksama, anda bahkan bisa membedakan aroma rimpang temu hitam dengan rimpang temu-temuan lain (saya telah mencobanya pada rimpang temu hitam dan temu mangga). Aromanya yang khas kemungkinan besar disebabkan oleh kandungan minyak atsiri yang terkandung didalamnya.

Perbungaan (struktur bunga) pada tanaman temu hitam keluar dari bagian samping batang semu dengan mahkota luar bagian tepi berwarna merah keunguan, sedangkan bagian dalam berwarna putih kekuningan. Untuk struktur bunga ini sendiri saya belum pernah melihatnya secara langsung di lapangan.

Berikut merupakan sistematika tanaman temu hitam :

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma aeruginosa

Khasiat Temu Hitam
Temu hitam acap kali digunakan dalam ramuan obat tradisional. Memang pada dasarnya rimpang tanaman temu-temuan lain lebih sering digunakan dalam pembuatan jamu dan diproduksi lebih banyak dari rimpang temu hitam, sebut saja temulawak, kunyit, dsb. Tetapi bukan berarti bahwa rimpang tanaman ini tidak digunakan sama sekali dalam pembuatan jamu atau obat-obatan tradisional. Saya sering membaca mengenai artikel tentang 'jamu cekok' yang sering digunakan untuk menambah nafsu makan pada anak-anak dan balita di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur (jujur saja, saya belum pernah mencobanya sama sekali =p ), dan salah satu bahan (bahan dasar) dalam pembuatan jamu ini adalah rimpang temu hitam. Khasiat dari rimpang antara lain sebagai obat cacing, pendarahan saat haid/nifas, reumatik, luka menahun, peluruh angin (maaf, kentut maksudnya ^^), memperlancar peredaran darah, dan mengurangi lemak tubuh (pacar saya pernah minum, tapi langsung protes karena pahit). Rimpang tanaman temu hitam juga berpotensi ganda sebagai sumber karbohidrat (artinya bisa sebagai sumber pangan). Selain bagian rimpang, bagian daun dari tanaman temu hitam juga dapat digunakan sebagai bahan baku pengobatan karena kandungan minyak esensialnya yang cukup tinggi. Kandungan senyawa kimianya terdiri dari pati, damar, lemak, dan minyak atsiri.

Budidaya Tanaman Temu Hitam
Tanaman temu-temuan memiliki prospek yang cukup baik di Indonesia. Apabila anda berminat untuk menanam di pekarangan anda atau di lahan komersil, berikut beberapa teknik budidayanya. (Tips berikut diambil dari buku 'Budidaya Secara Organik: Tanaman Obat Rimpang' dari penerbit Penebar Swadaya).

Lokasi tumbuh :
  • Daerah dengan curah hujan 900 - 1.250 mm per tahun, dengan musim kering yang nyata.
  • Habitat paling sesuai adalah pada daerah ternaungi dengan kelembaban tinggi.
  • Dapat tumbuh pada semua jenis tanah, akan tetapi lebih baik berpasir dengan drainase yang baik.

Pembibitan :
Tanaman temu hitam dapat diperbanyak dengan rimpang ataupun memisahkan anakan dari rumpun.
Dengan rimpang :
  • Semai rimpang temu hitam dengan ditutupi tanah sedalam 10 - 15 cm pada tempat teduh dan lembab
  • Siram persemaian pada saat pagi dan sore dan jaga agar tetap lembab
  • Saat tunas muncul, potong-potong rimpang dengan ukuran cukup besar. Tiap rimpang sebaiknya terdiri dari 2-3 mata tunas.
  • Angin-anginkan rimpang di tempat teduh selama kurang lebih 2 hari sebelum ditanam
Dengan anakan :
  • Pisahkan anakan dengan menggali tanah disekitar anakan
  • Potong rimpang yang menghubungkan anakan dengan induk
  • Anakan yang telah dipisahkan dapat langsung ditanam

Persiapan lahan :
  • Bersihkan lahan dari gulma dan cangkul hingga kedalaman 20 - 30 cm untuk memperbaiki struktur tanah
  • Biarkan lahan selama satu minggu setelah pengolahan
  • Lakukan pemupukan dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 - 20 ton per hektar (tabur merata di lahan)
  • Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 2 m dan sesuaikan panjangnya dengan kondisi lahan. Tinggi bedengan biasanya sekitar 25-45 cm dan jarak antar bedengan 30-50 cm

Penanaman :
  • Buatlah lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 45 cm (artinya dalam satu barisan 25 cm, dan antar barisan 45 cm). Kedalaman lubang tanam dibuat sekitar 20 cm
  • Biarkan lubang terbuka selama 1 minggu
  • Masukkan bibit dengan posisi tunas tegak, kemudian bumbun sampai rata dengan tanah
Pemeliharaan :
  • Lakukan penyulaman 2 minggu setelah penanaman bila ada tanaman yang mati
  • Apabila akar atau rimpang terlihat muncul di permukaan, lakukan pembumbunan
  • Lakukan penyiangan dengan hati-hati secara manual
  • Berikan pupuk susulan setelah tanaman berumur 6 bulan. Lakukan pemupukan setelah penyiangan
  • Apabila tidak hujan, lakukan sistem leb untuk pengairan (intinya genangi bedengan dengan air)
Pengendalian hama penyakit :
  • Musnahkan tanaman dengan cara memotong dan membakarnya agar tidak menular (biasanya hama berupa ulat Kerana diocles)
  • Kendalikan secara manual apabila hama masih sedikit
  • Lakukan penyemprotan hanya apabila serangan sudah meluas. Sedapat mungkin gunakan pestisida nabati. (anda bisa membuatnya dengan mengekstrak daun sirsak serbuk biji mimba yang dicampur dengan ekstrak brotowali). Lakukan penyemprotan saat pagi (sebelum matahari terbit) atau sore hari

Pemanenan :
  • Lakukan pemanenan saat bagian tanaman diatas permukaan tanah tampak mengering. Umur tanaman 10 bulan bila bibit berasal dari rimpang induk, atau 2 tahun bila bibit berasal dari rimpang anakan
  • Gali tanah dengan garpu secara hati-hati
  • Bersihkan rimpang dari tanah dan kotoran kemudian cuci dengan air hingga bersih
  • Angin-anginkan rimpang hingga kering dari air
  • Simpan rimpang di tempat yang bersih dan kering

Sekilas Budidaya Secara In Vitro
Penelitian yang saya lakukan merupakan perbanyakan tanaman (tunas) temu hitam, hanya saja melalui kultur jaringan. Tanaman temu hitam ditanam didalam botol berisi media aseptik dan diperbanyak melalui subkultur secara berkala. Secara garis besar, perbanyakan melalui subkultur plantlet ini cukup mudah (plantlet : tanaman utuh dalam kultur in vitro). Tanaman ini dapat diperbanyak dengan memisahkan anakan dari rumpun induknya. Hanya saja kesulitan saya temukan saat melakukan aklimatisasi (memindahkan tanaman dari dalam botol ke luar). Entah karena faktor keteledoran saya, atau karena tanaman dan lingkungan, akhirnya hanya sedikit tanaman yang mampu bertahan. Perlu diingat bahwa pada beberapa spesies tanaman (temu-temuan) yang dipindahkan dari kultur in vitro menuju ex vitro, banyak yang belum mampu menghasilkan rimpang pada generasi pertama. Rimpang baru dapat diproduksi pada generasi kedua atau ketiga setelah efek dari media tanam in vitro dapat dinetralisir oleh tanaman.

Semoga artikel ini bermanfaat.





Wednesday, 9 June 2010

Temu hitam; Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)



















Temu hitam atau temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)merupakan tanaman obat yang menyebar di Asia Tenggara (Myanmar/Burma, Kamboja, hingga Indonesia). Tanaman ini memiliki khasiat untuk mengobati cacingan, menambah nafsu makan, mengobati reumatik, dan melangsingkan badan. Biasanya rimpang tanaman ini dipakai sebagai bahan dasar jamu cekok di daerah jawa. Jamu ini biasanya di'cekok'kan ke balita-balita yang mengalami permasalahan susah untuk makan. Biasanya balita akan menangis karena kaget oleh rasanya yang pahit, tapi, setelah 3 hari khasiat dari jamu cekok ini bisa terlihat. Kalau diperhatikan lebih teliti, ternyata pada feses balita yang diberi jamu cekok akan terlihat cacing kremi atau cacing gelang yang turut tercampur didalamnya.

Beberapa pekan lalu saat saya berkunjung ke lahan salah satu balai penelitian di daerah Cimanggu, Bogor, saya sempat ditunjukkan bagaimana rupa tanaman ini di lapangan. Ternyata memang sulit untuk membedakan tanaman temu hitam dengan tanaman temu-temuan sejenis (seperti temulawak, temu mangga, dsb.). Beberapa sumber menyebutkan bahwa tanaman ini dapat dibedakan dari pertulangan daunnya yang berwarna ungu tebal. Tapi setelah saya tanyakan kepada salah satu staf di rumah kaca balai tersebut, ternyata tanaman temu hitam yang dideskripsikan dari sumber-sumber yang saya baca sedikit berbeda dengan yang saya lihat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tulang daun pada tanaman temu hitam memiliki warna ungu atau merah yang tebal membujur dari ujung ke pangkal daun. Sedangkan tanaman temu hitam yang saya lihat di lapangan memiliki garis ungu yang lebih tipis dibandingkan tanaman temu-temuan lainnya (dalam hal ini saya bandingkan dengan tanaman temu mangga).

Tanaman temu hitam akan lebih mudah dibedakan dengan melihat dan membelah rimpangnya secara vertikal. Rimpang temu hitam memiliki warna biru kehitaman yang melingkar pada bagian luar rimpang. Tetapi warna biru kehitaman ini akan tampak jelas hanya pada rimpang induk atau rimpang yang telah tua, sementara rimpang muda hanya menunjukkan sedikit warna kehitaman.

Untuk menanam temu hitam, bisa menggunakan rimpang itu sendiri sebagai benih. Gunakan rimpang yang memiliki kurang lebih 2 -3 mata tunas. Sisakan pula bagian rimpang karena itu merupakan sumber cadangan makanannya. (Yah, kurang lebih kira-kira 25-30 gram. itupun kalau anda menyempatkan menimbang, hehe). Rimpang dengan mata tunas ini dapat anda tanam di pembibitan terlebih dahulu atau langsung di lahan. Biasanya jarak tanam yang digunakan untuk penanaman adalah 50 cm x 50 cm (hasil penelitian dari salah satu jurnal yang saya baca, lupa judulnya.. hehe. Tapi memang inilah jarak yang efisien), dapat pula 50 cm x 60 cm.

Saya sempat melakukan penanaman didalam kultur in vitro (kultur jaringan), karena ini merupakan tugas akhir saya, tapi ternyata melakukan tahapan aklimatisasinya merupakan hal yang sulit! :p lebih dari setengah plantlet (dari 120 plantlet) yang saya aklimatisasikan mati. Mungkin karena saya memang kurang terampil dalam memindahkan kali ya,.. ^^




Artikel pada
blog ini bebas untuk di-distribusikan dan dimanfaatkan oleh anda. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan atau kekeliruan informasi yang diterapkan/diaplikasikan oleh pengguna dari halaman terkait. Gunakan informasi dari halaman lain sebagai pembanding agar informasi yang anda terima lebih akurat.