Be he ever so wise and strong, wealth confounds a man. In my view, anyone living in comfort fails to reason-- The Book of The Forest.
Sunday, 18 July 2010
Memilih dan Menyimpan Bayam
Topik ini melanjutkan topik sebelumnya mengenai cara menyimpan dan memilih sayuran.
Ada beberapa jenis bayam yang dapat dikonsumsi. Ada yang berdaun merah (bayam merah), berdaun bulat, dan berdaun segitiga. Hanya saja selama ini rata-rata orang lebih senang untuk mengkonsumsi bayam berdaun merah.
Lantas bagaimana cara memilih bayam dengan kualitas yang baik?
Pertama bahwa kita pastikan bayam yang kita pilih tidak layu, berlendir, menguning, dsb. Hindari bayam yang rusak. Kedua, akan lebih baik apabila kita memilih bayam yang masih segar, masih muda, tangkainya pendek, agak lemas, dan belum berbunga. Kalau memilih bayam merah, carilah bayam dengan daun yang berwarna merah agak ketuaan. Untuk bayam berdaun hijau, pilihlah warna daun yang agak hijau tua.
Menyimpan bayam di kulkas
Simpanlah bayam didalam lemari es dan diwadahi oleh kantong plastik. Biasanya bayam mampu bertahan 2-3 hari.
Bagaimana membekukan bayam?
Bayam dapat dibekukan didalam freezer kulkas agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama. Caranya dapat dilakukan dengan membuang tangkai bayam terlebih dahulu dan mencuci daunnya dengan sedikit larutan garam. Setelah dicuci dengan air garam, bilas hingga bersih dan kukus selama 1-2 menit. Setelah dikukus, dinginkan dan tiriskan. Bungkuslah bayam yang telah ditiriskan kedalam kantong plastik dan tutuplah dengan rapat. Simpanlah didalam freezer untuk membekukan bayam.
Saturday, 17 July 2010
Tips Memilih dan Menyimpan Sayuran
Tips berikut ini saya dapatkan saat membaca salah satu buku yang berjudul 'Memilih dan Menyimpan Sayur-Mayur, Buah-buahan, dan Bahan Makanan'. Karena dalam beberapa artikel tips-tips yang ada benar-benar panjang, sedikit banyak saya ringkas kembali. Untuk sementara ini, titik berat pembahasan akan berada pada komoditas sayur-sayuran.
Bagaimana cara memilih dan menyimpan sayuran?
Sebetulnya tidak ada cara yang terlalu aneh dan memerlukan peralatan yang tidak lazim untuk dapat menyimpan sayuran dalam jangka waktu yang lama (setidaknya begitulah menurut pendapat saya). Begitu pula cara kita memilih dan membeli sayuran yang mungkin kita beli di pasar, toko-toko, atau swalayan. Berikut kita sedikit bahas satu persatu.
Memilih Sayuran
Beberapa hal penting perlu kita ingat dalam memilih sayuran :
Pertama, pilihlah sayuran yang penampilan dan warnanya masih segar. Pada beberapa jenis sayuran tertentu akan lebih baik bila kita tidak membeli yang warnanya pucat. Belilah yang memiliki warna sedikit gelap, karena vitamin yang terkandung didalamnya lebih tinggi.
Kedua, pilihlah sayuran yang masih utuh, tidak busuk, tidak berlendir, daunnya tidak rusak atau sobek-sobek. (Tetapi perlu anda perhatikan bahwa jika sayuran yang kita beli terdapat bekas gigitan ulat, hal tersebut tidak menjadi masalah. Perlu anda ingat bahwa terkadang, untuk menjaga bentuk sayuran yang bagus petani menambahkan dosis pestisida secara berlebihan pada tanaman. Tanaman yang memiliki gigitan ulat setidaknya mengindikasikan bahwa pestisida yang digunakan tidak terlalu tinggi. Jelilah dalam memilih sayuran, apalagi dengan yang berlabel organik).
Ketiga, apabila anda menyukai struktur dan tekstur yang empuk atau renyah dari sayuran, pilihlah sayuran yang masih berusia muda, karena pada umumnya, semakin tua usai tanaman maka teksturnya akan terasa lebih keras. Misal: pilihlah caisin dengan daun yang masih muda (baby caisin), untuk mendapatkan struktur sayuran (caisin) yang lebih empuk dan juicy.
Keempat, hindari membeli sayuran yang ditumpuk-tumpuk pada udara panas, karena hal tersebut akan membuat sayuran tidak bertahan lama saat disimpan.
Menyimpan Sayuran
Memaksimalkan masa simpan sayuran bukanlah hal yang sulit. Dua hal yang paling utama, yang perlu anda perhatikan, adalah temperatur dan kelembaban. Tentunya dalam hal ini anda memerlukan lemari es/kulkas untuk membantu proses penyimpanan sayuran.
Tempat penyimpanan yang paling baik bagi sayuran didalam lemari es adalah pada laci paling bawah. Hal ini disebabkan karena pada umumnya, sirkulasi udara lemari es pada rak bagian atas adalah udara kering. Udara yang kering akan menyebabkan sayuran menjadi lebih mudah layu dan rapuh.
Sebetulnya kelembapan didalam lemari es dapat dibuat dengan menempatkan bak/wadah berisi air didalam lemari es. Kemudian dapat pula menggunakan plastik untuk membungkus sayuran dan mengikatnya dengan rapat. Hal yang perlu diingat saat menggunakan plastik sebagai media penyimpanan adalah bahwa air yang menempel pada sayuran memudahkan pertumbuhan mikroba yang dapat merusak kualitas sayuran (terutama bila ada luka/kerusakan pada sayuran). Perlu ketekunan dan kehati-hatian agar sayuran tidak menjadi basah saat kita membuat kelembaban buatan didalam kulkas.
Beberapa jenis sayuran tidak cocok untuk disimpan didalam kulkas. Termasuk didalamnya tomat dan kentang. Tomat dan kentang lebih cocok disimpan pada tempat yang sejuk dan kering. Keduanya dapat disimpan di laci atau rak dapur yang sejuk.
Saat kita berniat untuk menyimpan sayuran dalam jangka waktu lama, ingatlah untuk tidak memotong-motong atau mencuci sayuran tersebut terlebih dahulu sebisa mungkin. Hal ini disebabkan karena basahnya sayuran dapat merusak kualitas sayuran seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kemudian, tahapan yang baik dalam mencuci dan memotong sayuran adalah 'mencucinya terlebih dahulu, kemudian memotong-motongnya'. Pertimbangkan bahwa vitamin dan kandungan mineral dalam sayuran dapat tercuci apabila kita melakukan pemotongan terlebih dahulu, sehingga kita seharusnya melakukan pencucian terlebih dahulu.
Sayuran Kaleng dan Sayuran Kemasan
Hindari membeli sayuran kalengan apabila anda menemukan kaleng kemasan dalam keadaan rusak, mengelembung, bocor, atau penyok. Hal serupa juga berlaku untuk kemasan didalam botol, plastik, dan kemasan lainnya. Setelah kaleng atau kemasan dibuka, umumnya sayuran tersebut dapat disimpan antara 3-5 hari saja apabila tidak segera disajikan.
Sayuran beku umumnya tetap perlu disimpan dalam suhu dingin agar tekstur dan cita rasanya tidak berubah. Pada suhu -17.8 C atau -35.5 C, sayuran bahkan dapat disimpan selama satu tahun.
Perlu diingat bahwa kita perlu menjaga sayuran kaleng dan beku memiliki penanganan yang baik. Sekali saja sayuran-sayuran tersebut terkena suhu ekstrem, maka tekstur, aroma dan warna dapat berkurang kualitasnya.
Sekian, semoga bermanfaat dan dapat dilanjutkan kembali lain waktu.
Thursday, 15 July 2010
Awal Pertanian Asia Tenggara 1
Latar Belakang Pola Persebaran
Topik pertanian sering menjadi pokok bahasan pakar dan tak heran menjadi topik vital bagi suatu wilayah atau negara. Beragam aspek, mulai dari budidaya, hingga aspek pasca panen menjadi topik yang selalu menarik untuk dibahas. Cakupannya yang luas menjadikan pertanian sebagai suatu subjek yang mampu menarik komentar, pendapat, dan rasa ingin tahu dari setiap orang. Hal ini mengindikasikan bahwa pertanian merupakan aspek fundamental bagi setiap orang di muka bumi.
Untuk mengerti mengenai penciptaan suatu kaleidoskop budaya manusia dalam skala Asia Tenggara, perlulah setidaknya kita memahami faktor-faktor lingkungan yang ada didalamnya secara umum. Hampir seluruh wilayah Asia Tenggara adalah wilayah tropis. Meskipun demikian, terdapat pengurangan masa musim kering setiap kita bergerak didalam zona equatorial antara 5 derajat kearah utara dan kearah selatan. Populasi yang ada cenderung kecil (dalam beberapa zona), dan pada bagian timur Indonesia umumnya populasi akan bergantung kepada bahan pangan umbi-umbian atau pepohonan, seperti pisang, sagu, yam, atau talas. Zona equator dengan hutan hujan tropisnya tidaklah secara khusus cocok dengan budidaya tanaman padi, dan pada zaman prasejarah, tampaknya padi dan gandum didatangkan dari daerah lain, seiring dengan berpindahnya suatu populasi ke daerah ini, dan terus bergerak kearah Oceania (Pasifik). Mengacu kepada Robert Dewar (2003), tingginya curah hujan yang tidak menentu di bagian selatan Taiwan dan bagian utara Filipina juga telah menyaring sejumlah tanaman musiman. Saat ini, dan mungkin juga pada masa era pertanian dahulu, populasi terbesar terdapat pada daerah dengan musim hujan tinggi (basah), atau daerah monsoon/muson, dimana distribusi curah hujan merata dan dapat diandalkan serta dimana padi dapat tumbuh dengan subur, terutama didaerah aluvial di bagian selatan Cina, bagian utara dari daratan utama Asia Tenggara, sebagian Filipina, Jawa, Bali, dan sedikit daerah Sunda.
Tidak ada bukti yang cukup mendukung yang dapat ditemukan didaerah manapun di Asia Tenggara, yang dapat dijadikan sebagai bukti akan suatu tahap produksi makanan sebelum 3500 SM. Hal ini merupakan suatu aspek yang sangat penting, mengingat bahwa padi telah berhasil didomestikasi setidaknya 6500 SM di Yangzi. Seiring dengan pergerakan budaya bertani dari Asia Barat Daya menuju India, begitupula di daratan utama Asia, kita juga dapat melihat sebuah penurunan pergerakan, dalam hal ini disebabkan oleh pergerakan membujur dan mungkin perlawanan dari populasi pemburu dan pengumpul makanan, ketimbang perbedaan akibat rezim curah hujan. Saat dimulai, bagaimanapun juga, zaman Neolithic sarat dan kompleks akan produksi tembikar, kapak batu, ornamen kerang, dll.
Di zona equator Indonesia, penyebaran populasi para petani (agriculturalist. note: bedakan dengan pemburu dan peramu/hunter) terkonversi secara melintang melalui Kalimantan-Sulawesi-Malaka, di satu sisi bergerak menuju barat (Semenanjung malaka dan Madagaskar), dan disisi lain bergerak menuju timur menuju Oceania. Adanya indikasi mengenai produksi pangan pertama di daerah Papua Nugini menjadikan kisah mengenai Oceania menjadi rumit.
Pembahasan mengenai hal ini perlu dilanjutkan nanti..
Topik pertanian sering menjadi pokok bahasan pakar dan tak heran menjadi topik vital bagi suatu wilayah atau negara. Beragam aspek, mulai dari budidaya, hingga aspek pasca panen menjadi topik yang selalu menarik untuk dibahas. Cakupannya yang luas menjadikan pertanian sebagai suatu subjek yang mampu menarik komentar, pendapat, dan rasa ingin tahu dari setiap orang. Hal ini mengindikasikan bahwa pertanian merupakan aspek fundamental bagi setiap orang di muka bumi.
Untuk mengerti mengenai penciptaan suatu kaleidoskop budaya manusia dalam skala Asia Tenggara, perlulah setidaknya kita memahami faktor-faktor lingkungan yang ada didalamnya secara umum. Hampir seluruh wilayah Asia Tenggara adalah wilayah tropis. Meskipun demikian, terdapat pengurangan masa musim kering setiap kita bergerak didalam zona equatorial antara 5 derajat kearah utara dan kearah selatan. Populasi yang ada cenderung kecil (dalam beberapa zona), dan pada bagian timur Indonesia umumnya populasi akan bergantung kepada bahan pangan umbi-umbian atau pepohonan, seperti pisang, sagu, yam, atau talas. Zona equator dengan hutan hujan tropisnya tidaklah secara khusus cocok dengan budidaya tanaman padi, dan pada zaman prasejarah, tampaknya padi dan gandum didatangkan dari daerah lain, seiring dengan berpindahnya suatu populasi ke daerah ini, dan terus bergerak kearah Oceania (Pasifik). Mengacu kepada Robert Dewar (2003), tingginya curah hujan yang tidak menentu di bagian selatan Taiwan dan bagian utara Filipina juga telah menyaring sejumlah tanaman musiman. Saat ini, dan mungkin juga pada masa era pertanian dahulu, populasi terbesar terdapat pada daerah dengan musim hujan tinggi (basah), atau daerah monsoon/muson, dimana distribusi curah hujan merata dan dapat diandalkan serta dimana padi dapat tumbuh dengan subur, terutama didaerah aluvial di bagian selatan Cina, bagian utara dari daratan utama Asia Tenggara, sebagian Filipina, Jawa, Bali, dan sedikit daerah Sunda.
Tidak ada bukti yang cukup mendukung yang dapat ditemukan didaerah manapun di Asia Tenggara, yang dapat dijadikan sebagai bukti akan suatu tahap produksi makanan sebelum 3500 SM. Hal ini merupakan suatu aspek yang sangat penting, mengingat bahwa padi telah berhasil didomestikasi setidaknya 6500 SM di Yangzi. Seiring dengan pergerakan budaya bertani dari Asia Barat Daya menuju India, begitupula di daratan utama Asia, kita juga dapat melihat sebuah penurunan pergerakan, dalam hal ini disebabkan oleh pergerakan membujur dan mungkin perlawanan dari populasi pemburu dan pengumpul makanan, ketimbang perbedaan akibat rezim curah hujan. Saat dimulai, bagaimanapun juga, zaman Neolithic sarat dan kompleks akan produksi tembikar, kapak batu, ornamen kerang, dll.
Di zona equator Indonesia, penyebaran populasi para petani (agriculturalist. note: bedakan dengan pemburu dan peramu/hunter) terkonversi secara melintang melalui Kalimantan-Sulawesi-Malaka, di satu sisi bergerak menuju barat (Semenanjung malaka dan Madagaskar), dan disisi lain bergerak menuju timur menuju Oceania. Adanya indikasi mengenai produksi pangan pertama di daerah Papua Nugini menjadikan kisah mengenai Oceania menjadi rumit.
Pembahasan mengenai hal ini perlu dilanjutkan nanti..
Subscribe to:
Posts (Atom)